Malam itu, menjelang waktu
isya’ tepatnya, istri saya mulai merasakan mules yang makin kuat, intervalnya
pun makin cepat. Seketika kami merasa saat yang ditunggu-tunggu itu telah datang.
Kami pun segera menuju RSIA KMC.
Enam belas jam sebelumnya, masih hari kamis sekitar jam 3 pagi, istri saya sebenarnya sudah flek disertai sedikit mules. Kami pun teringat dengan pesan dr. Shirley bahwa jika merasakan tanda-tanda kelahiran (flek, mules-mules, atau ketuban pecah), disarankan
untuk cek segera ke RS. Atas dasar pesan itulah, kami kemudian bergegas menuju
KMC. Sesampainya di sana istri saya diobservasi namun ternyata pembukaan belum
genap skala 1. Dokter menyarankan untuk pulang saja dan perbanyak jalan-jalan
ringan keliling rumah biar makin cepat proses pembukaan mulut rahim. Siang
hari, istri saya minta diajak ke mall biar cepat nambah bukaannya, dan ternyata
langsung terasa efeknya, sore hari mules yang luar biasa mulai menyerang.
Bagi yang belum familiar dengan istilah pembukaan jalan lahir, ini adalah istilah yang digunakan untuk mengukur kesiapan mulut rahim untuk dilalui bayi. Saat proses kelahiran dimulai, kepala bayi akan mendorong mulut rahim untuk terbuka. Skala yang dipakai untuk menunjukkan tingkat pembukaan adalah skala 1 sampai 10, dimana skala 10 berarti mulut rahim telah siap dilewati bayi.
Kali kedua hari itu datang
ke KMC, menjelang isya', ternyata pembukaan udah nambah 1, intervalnya pun
makin sering (5-15 menit). Inilah waktu yang ditunggu-tunggu. Kami pun
bersiap-siap menghabiskan malam sambil menunggu pembukaan penuh di ruang
observasi, sebuah ruangan kecil berisi 3 ranjang yang kebetulan kosong pada
waktu itu.
Sepuluh jam kemudian --
tentunya sepanjang malam istri saya tidur dengan terbangun tiap 5-15 menit
sekali dan tiap dia bangun dia selalu meremas dan mencubit tangan saya untuk mengalihkan
rasa sakit dan mulesnya hingga saya pun ikut bangun tiap 15 menit -- jam 5
pagi, adalah saatnya bidan cek pembukaan, dan ternyata sudah mulai pembukaan 7.
Masih 3 skala pembukaan lagi. Rasanya malam itu menjadi malam terpanjang dalam
hidup saya.
Jam menunjukkan pukul 7, bidan kembali cek pembukaan dan ternyata tidak banyak berubah dari
pukul 5 tadi. Akhirnya dokter pun memberikan induksi untuk membantu mempercepat
proses pembukaan jalur lahir. Setelah diberi induksi,
mules makin tidak tertahan dan interval makin sering. Kami berdua pun
segera pindah ke kamar bersalin. Tiap kali mules menyerang istri saya, saya hanya bisa mengalihkan perhatian dia ke rasa sakitnya dengan cara mengingatkan mengatur nafas (dan
menyodorkan tangan saya untuk diremas dan dicubit maksimal, tentunya). Entah itu berguna buat dia atau tidak,
tapi sepertinya karena diingatkan untuk terus
mengatur nafas, istri saya jadi lupa
teriak-teriak karena
kesakitan.
Istri saya memang hebat. Saya juga takjub melihat dia semalaman sampai menjelang melahirkan tidak teriak kesakitan dan justru mampu mengatur nafas dengan benar, sesuai yang diajarkan saat senam hamil. Bidan pun sampai memuji, "Wah, Mama Indah hebat sekali ya, semalaman sakit ngga teriak sekali pun. Padahal kebanyakan pada teriak-teriak apalagi setelah bukaannya besar."
Singkat cerita, dengan
pertolongan Allah SWT, alhamdulillah hari Jumat jam 8.37 pagi anak pertama kami lahir dengan berat 3.05 kg,
panjang 48 cm, dengan kondisi fisik yang sempurna. Saya melihat dengan mata
kepala sendiri proses kelahiran anak saya. Dari mulai kepala pelan-pelan
terlihat di jalur lahir, sampai
pada saat kepala anak saya muncul
menghadap ke bawah kemudian diputer sedikit dan ditarik pelan-pelan sampai
seluruh badan 'mbrojol'. Setelah itu dilanjutkan memotong tali pusat, dan
menarik placenta pelan-pelan sampai keluar dari rahim seluruhnya. Ya, saya
masih ingat detil kejadian yang
terjadi pada saat itu. Entah apa yang membuat saya berani dan tahan
memperhatikan dengan seksama tiap detil proses kelahiran itu.
Or maybe, i just wanted to make sure my baby was being handled properly,
with care and love...
Setelah cairan di jalur
pernafasan disedot, dan bayi saya mulai bersuara, seketika itu IMD (inisiasi
menyusui dini) dilakukan. Sungguh lega rasanya setelah melewati semua tahapan
ini. Saya dan istri saya cuma bisa senyum sambil menitikkan air mata saat
melihat bayi kami bergerak-gerak sambil menjilat-jilat dada ibunya mencari
puting susu. Melihat bayi saya saat IMD, akhirnya saya paham bahwa ternyata inti dari IMD ini adalah membangun bonding antara ayah, ibu, dan si bayi. Sungguh pada saat momen
ini rasanya dunia ini milik kami bertiga saja. Sejujurnya, gak bisa dijelasin dengan kata-kata sih, nanti
kalau sudah merasakan sendiri baru tau deh rasanya.
Hari itu, 10 Mei 2013, telah
lahir di dunia ini, seorang putri cantik yang mulia yang memberikan cahaya dan
kedamaian bagi sekitarnya, Aurora Nayraputri Kusumo.
Pelajaran berharga :
1. Pas hamil, kalau ada rezeki, beli deh DVD Discovery yang judulnya "Birth" (ada di Gramed atau Disc Tarra). Coba deh tonton, ada penjelasan ilmiah dan ilustrasi dari proses pembentukan janin sampai bayi lahir.
2. Senam hamil itu penting, jadi luangkan lah waktu
untuk mengikuti sesi ini, walau cuma 1 kali.
3. Ketenangan emosi akan membantu kita menjalani
proses kelahiran yang melelahkan. Panic
doesn’t help, seriously!
4. Kalau sempet sih jauh hari sebelum hari H, handphone-nya diisi music yang menenangkan, atau yang disukai oleh si calon ibu. Ini akan membantu menyenangkan hati si calon ibu saat mules-mules.
5. Menurut saya sih, suami (bukan orang tua,
saudara, maupun sahabat) wajib ada menemani istri selama proses melahirkan. No excuse! Unless it’s mother nature.
No comments:
Post a Comment