Pages

February 21, 2014

Bulan Pertama, Semacam Jet Lag

Kata orang, setelah lahirnya anak, kehidupan orang tua akan terbalik, siang jadi malam dan malam jadi siang. Kalau menurut saya, semua sama saja tuh. Mungkin karena yang dominan saya rasakan adalah kebahagiaan yang tidak bisa digambarkan dengan kata-kata.

Ya, saking bahagianya saya, saya sampai tidak merasakan hal-hal negatif yang orang-orang suka bisikkan saat istri saya hamil. Iya sih jam tidur memang berkurang, tapi demi mengganti popok Rara (panggilan anak saya Aurora) yang kena ompol sih menurut saya justru menyenangkan.

Karena melahirkan normal, istri saya cuma 3 hari di KMC. Tapi karena istri saya mengalami SPD (symphysis pubis dysfunction) saat kehamilan, ketika pulang dari KMC kekuatan tulang pinggul dan selangkangan belum kembali kuat sepenuhnya. Di rumah, istri saya masih kesulitan bangun dari posisi tidur, bahkan memutar badan saat posisi tidur pun masih susah. Jalan kaki juga masih harus pelan-pelan, apalagi jalan sambil menggendong bayi. Keterbatasan gerak dan kekuatan istri saya ini terjadi sampai kurang lebih sebulan.

Jadi wajar ketika bulan pertama saya lebih banyak menggendong, memandikan, mengganti baju & popok, menjemur di pagi hari, dan mem-bedong, dibandingkan istri saya. Beruntung selama 3 hari di KMC saya sempat minta diajari oleh suster dan saya rekam jadi kalau lupa caranya tinggal liat rekaman aja. Di beberapa hari pertama juga ada eyang saya (ya, eyang buyutnya Rara) di rumah, jadi saya minta diajarin memandikan bayi yang benar dan aman.

Daddy-daughter time favorit saya di bulan pertama.
Semenjak Rara berumur 1 hari, teknik menyusunya kurang bagus. Istilah populernya ngga latch on. Jadi beberapa hari pertama istri saya agak tersiksa tiap kali menyusui, sampai puting lecet. Pada hari ke-5 dr. Gina (konselor laktasi) mendiagnosa Rara mengalami tongue tied. Dia pun menyarankan kami konsultasi lagi pada hari ke-7 ke dr. Asti (dokter anak yg berpengalaman sekali dalam breastfeeding dan tongue tied) untuk memastikan lagi. Akhirnya setelah berpikir, cari referensi, dan menimbang-nimbang baik-buruk bagi si bayi, pada hari ke-7 kami memutuskan dilakukan insisi, yaitu tindakan medis memotong jaringan yang mengikat bagian bawah lidah sehingga membatasi geraknya. Alhamdulillah setelah insisi, Rara bisa menyusu dengan lancar dan bisa latch on. Leganya luar biasa.

Walau sudah lancar menyusu, tetapi sepertinya Rara bukan tipe yang kuat minum banyak sekali waktu, gampang tidur pula pas disusuin. Sepertinya proses belajar teknik menyusu dia juga relatif lama (baru umur 3-4 bulan mulai pintar latch on). Akibatnya pertambahan berat Rara biasa-biasa saja selama bulan pertama.

Jadi sudah biasa kami mendengar komentar "kok Rara nggak gemuk-gemuk" dari keluarga dan kerabat. Tapi kami sih tenang saja, karena kami percaya selama ASI eksklusif, walau tidak gemuk tidak akan masalah. Entahlah, mungkin target pertambahan berat badan yang kami set tidak terlalu tinggi, atau mungkin karena kami tidak mau Rara kenal sufor di bulan-bulan pertama. Beruntung, meski orang tua kami beberapa kali menyarankan menggunakan sufor, tapi mereka masih menghargai keputusan kami untuk memberikan ASI eksklusif.
Rara dan Eyang Buyut.
Kalau disimpulkan sih, tantangan di bulan pertama adalah membangun fondasi menyusui agar berhasil ASI eksklusif 6 bulan, dan bagaimana ayah ibu belajar merawat bayi dari umur 1 hari. Padahal kebanyakan dari orang tua berangkat dari pengetahuan nol tentang kedua topik tadi, jadi rasanya semacam jet lag.

Pelajaran berharga:
1. Sebelum melahirkan, sangat disarankan ketemu konselor laktasi untuk tahu informasi yang benar tentang menyusui sedini mungkin. Soalnya banyak beredar informasi yang tidak benar (tapi terdengar masuk akal, kadang) di lingkungan sekitar kita.
2. Masa kritis menyusu ada di seminggu pertama. Jika merasa tidak nyaman menyusu di hari-hari pertama, misalnya merasa sakit dan lecet, jangan segan konsultasi ke konselor laktasi.
3. Kalau sudah bicara komitmen ASI eksklusif, ayah ibu harus kompak. Bahkan harus saling membela di hadapan orang tua masing-masing. Syukur-syukur bisa mengkampanyekan ASI ke orang tua, saudara, bahkan tetangga sekitar jauh lebih bagus lagi.
4. Jangan khawatir tidak bisa merawat bayi anda saat bulan pertama. Semua orang tua berangkat dari pengetahuan 'nol' tentang merawat bayi. Tapi yang jelas anda harus mau belajar dan berani hands-on.
5. Sempetin buka website www.babycenter.com atau www.askdrsears.com kalau pengen nyari referensi tentang hal-hal yang perlu anda ketahui tentang newborn baby. Dari pengalaman, banyak info penting dan menarik yang saya temukan disini.


P.S. Saya akan ceritakan tentang pengalaman SPD (Symphysis Pubis Dysfunction) dan Tongue Tied di cerita selanjutnya.

No comments: