Pages

February 26, 2014

Balada Symphysis Pubis Dysfunction (SPD)

Saat kehamilan memasuki trimester 3, istri saya sering merasakan sakit dan nyeri di pangkal paha atau selangkangan saat melakukan aktifitas tertentu. Dia akan merasakan sakit jika mengangkat salah satu kaki, menaiki tangga, berjalan kaki terlalu cepat dan lama, atau pun saat bangun dari posisi tidur. Awalnya sih mengira kalau itu normal pada usia kehamilan 7 bulan. Namun, setelah bertanya teman-teman dia yang pernah hamil, sepertinya sakit yang istri saya alami tidak biasa.

Saya masih ingat, sejak istri saya merasakan sakit itu, pergi ke mall menjadi pengalaman yang tidak mengenakkan untuk dia. Tiap jalan berapa puluh meter atau beberapa menur, dia harus berhenti karena sakit yang dirasakan pada pangkal pahanya. Bahkan terkadang harus mencari tempat duduk untuk benar-benar istirahat duduk. Kalau belanja bulanan di hypermart kami sengaja meminjam kursi plastik dari area meja-kursi, kami masukkan ke trolley, dan kalau sewaktu-waktu istri saya butuh duduk tinggal duduk di kursi plastik itu saja.

Setelah mencari informasi di internet, dan akhirnya kami konfirmasi ke obgyn kami dr. Shirley, ternyata istri saya menderita sebuah kelainan yang sepemahaman saya hanya terjadi saat kehamilan, yang disebut Symphysis Pubis Dysfunction (SPD). Dari hasil browsing dan diskusi dengan dokter, serta berdasarkan pengalaman istri, saya akan coba sharing tentang kelainan ini.

Pasti kita sudah tahu dan sering baca bahwa ketika seorang wanita hamil tubuhnya secara alami meregulasi hormon dan metabolismenya untuk mendukung janin berkembang dengan baik dan mempersiapkan proses kelahiran si janin. Tubuh pun mempersiapkan diri membangun sistem produksi ASI untuk menjamin si bayi dapat memperoleh gizi yang terbaik dari ibunya kelak.

Itulah kenapa selama hamil si ibu merasakan perubahan yang signifikan dalam tubuhnya dibandingkan sebelumnya, walaupun berbeda-beda gejala yang muncul pada masing-masing orang. Salah satu contoh gejala perubahan yang populer di kita adalah ngidam. Namun tiap orang berbeda jenis dan lama ngidamnya. Kalau istri saya, malah tidak merasakan ngidam selama kehamilan.

Kalau dilihat secara ilmiah, gejala perubahan selama kehamilan terjadi karena hormon. Hormon lah yang membuat wanita lebih sensitif saat awal kehamilan. Hormon lah yang membuat payudara wanita relatif membesar dan mengendur saat hamil. Hormon juga lah yang memicu proses pembukaan jalan lahir menjelang 40 minggu kehamilan.

Seperti yang disebutkan di atas, salah satu task list tubuh yang penting adalah mempersiapkan jalan lahir. Itu dikarenakan dalam keadaan normal celah tulang pinggul dan tulang kemaluan kurang lebar untuk dilewati bayi. Maka agar dapat dilewati oleh bayi, tulang kemaluan harus sedikit merenggang. Untuk itu, tubuh mengirim hormon relaxin yang dapat sedikit melemaskan otot tulang kemaluan saat memasuki periode akhir kehamilan.
Symphysis pubis harus merenggang saat melahirkan. Sumber: Wikipedia
Sayangnya, kelainan ini sampai sekarang tidak diketahui pasti faktor pemicunya. Jadi ketika didiagnosa kelainan ini, kami berdua cuma bisa pasrah. Apalagi dokter berkata bahwa kemungkinan nyeri masih akan terasa sampai beberapa bulan setelah melahirkan, sampai produksi hormon terkait normal lagi. Saya ingat dr. Shirley waktu itu cuma bisa berpesan, "dinikmati saja ya bu". Untungnya, gejala yang ditimbulkan dari SPD ini bisa dikurangi dengan beberapa cara. Kami pun sedikit tenang.

Satu-satunya hal yang mengganjal bagi kami adalah bagaimana mungkin istri saya bisa melahirkan normal jika mengangkang saja sakit, padahal posisi melahirkan normal harus mengangkang maksimal. Dokter pun sudah mewanti-wanti kami untuk bersiap kalau harus sectio caesarian jika saat cek up menjelang minggu ke-40 istri saya tidak bisa memperagakan posisi melahirkan normal dengan benar.
Posisi melahirkan, kaki harus mengangkang maksimal agar jalan lahir terbuka. Sumber: littlewhitecoats.blogspot.com

Kami makin galau. Namun karena istri saya masih tetap ingin melahirkan normal, akhirnya dia bersedia latihan ekstra untuk melatih otot untuk posisi melahirkan. Untuk membantu ketenangan dan memberikan sugesti positif, kami juga membeli buku hypno-birthing yang kebetulan ada audio CD nya. Tiap kali istri saya latihan posisi melahirkan, CD hypno-birthing selalu menjadi backsound.

Istri saya memang hebat, dan kegigihannya berlatih membuahkan hasil. Lama kelamaan dia yakin bisa melakukan posisi mengangkang maksimal saat melahirkan, karena setelah sering latihan ternyata nyeri makin berkurang. Saat cek up terakhir oleh dokter pun istri saya bilang yakin bisa. Dokter sih masih agak ragu, tapi melihat niat istri saya agaknya dia jadi percaya juga, sambil berpesan, "jangan dipaksakan ya bu".

Singkat cerita, ternyata ketika saatnya melahirkan tiba, istri saya cukup tenang dan seperti tidak memikirkan nyeri SPD-nya. Dia bisa mengangkang maksimal dan berhasil melahirkan normal. Tapi seperti yang dokter bilang dari awal, ternyata nyeri akibat SPD masih dirasakan istri saya sampai sebulan setelah melahirkan. Mungkin juga, karena saat melahirkan posisi mengangkang maksimal menyebabkan otot terlalu merenggang. Bahkan pada beberapa hari pertama nyerinya parah dan istri saya lebih sering tiduran. Jika dihitung dari hari melahirkan, efek SPD baru hilang setelah 1 bulan.

Tips berdamai dengan SPD :
1. Semoga anda tidak harus mengalami SPD saat hamil. Tapi jika anda didiagnosa kelainan ini saat hamil, anda harus sabar, ikhlas, dan tetap tenang. Katanya sih jarang juga yang kena sampai parah, jadi liat sisi positif-nya saja deh dan berharap tidak parah-parah amat.
2. Sebisa mungkin hindari naik dan turun tangga dan melakukan pergerakan yang melibatkan kerja tidak seimbang antara kedua kaki. Kalau tidak bisa dihindari, ya dikurangi lah. Ini akan mengurangi pergerakan tulang selangkang yang menyebabkan nyeri.
3. Sediakan ice pack dan simpan di freezer. Kalau sakit dan nyeri muncul, kompress pangkal pahadimana andamerasakan nyeri itu dengan ice pack untuk meredakannya. Dari pengalaman istri saya sih, ini sangat membantu dan tidak ada efek samping.
4. Kalau sakit dan nyeri parah, paracetamol bisa membantu meredakan nyeri. (Ini pesan dari dokter sih, kebetulan istri tidak pernah merasa nyeri yang parah jadi tidak pernah minum paracetamol).
5. Tidak semua obgyn tahu detil tentang SPD dan pernah menangani pasien SPD. Kalau obgyn anda termasuk yang kurang tahu, cari obgyn yang lain aja untuk second opinion. Kalau anda di daerah Jakarta Selatan, anda bisa mencoba ke obgyn istri saya di KMC. Menurut saya sih, beliau menangani SPD istri saya dengan benar dan nyambung pas diajak ngomongin SPD.

February 21, 2014

Bulan Pertama, Semacam Jet Lag

Kata orang, setelah lahirnya anak, kehidupan orang tua akan terbalik, siang jadi malam dan malam jadi siang. Kalau menurut saya, semua sama saja tuh. Mungkin karena yang dominan saya rasakan adalah kebahagiaan yang tidak bisa digambarkan dengan kata-kata.

Ya, saking bahagianya saya, saya sampai tidak merasakan hal-hal negatif yang orang-orang suka bisikkan saat istri saya hamil. Iya sih jam tidur memang berkurang, tapi demi mengganti popok Rara (panggilan anak saya Aurora) yang kena ompol sih menurut saya justru menyenangkan.

Karena melahirkan normal, istri saya cuma 3 hari di KMC. Tapi karena istri saya mengalami SPD (symphysis pubis dysfunction) saat kehamilan, ketika pulang dari KMC kekuatan tulang pinggul dan selangkangan belum kembali kuat sepenuhnya. Di rumah, istri saya masih kesulitan bangun dari posisi tidur, bahkan memutar badan saat posisi tidur pun masih susah. Jalan kaki juga masih harus pelan-pelan, apalagi jalan sambil menggendong bayi. Keterbatasan gerak dan kekuatan istri saya ini terjadi sampai kurang lebih sebulan.

Jadi wajar ketika bulan pertama saya lebih banyak menggendong, memandikan, mengganti baju & popok, menjemur di pagi hari, dan mem-bedong, dibandingkan istri saya. Beruntung selama 3 hari di KMC saya sempat minta diajari oleh suster dan saya rekam jadi kalau lupa caranya tinggal liat rekaman aja. Di beberapa hari pertama juga ada eyang saya (ya, eyang buyutnya Rara) di rumah, jadi saya minta diajarin memandikan bayi yang benar dan aman.

Daddy-daughter time favorit saya di bulan pertama.
Semenjak Rara berumur 1 hari, teknik menyusunya kurang bagus. Istilah populernya ngga latch on. Jadi beberapa hari pertama istri saya agak tersiksa tiap kali menyusui, sampai puting lecet. Pada hari ke-5 dr. Gina (konselor laktasi) mendiagnosa Rara mengalami tongue tied. Dia pun menyarankan kami konsultasi lagi pada hari ke-7 ke dr. Asti (dokter anak yg berpengalaman sekali dalam breastfeeding dan tongue tied) untuk memastikan lagi. Akhirnya setelah berpikir, cari referensi, dan menimbang-nimbang baik-buruk bagi si bayi, pada hari ke-7 kami memutuskan dilakukan insisi, yaitu tindakan medis memotong jaringan yang mengikat bagian bawah lidah sehingga membatasi geraknya. Alhamdulillah setelah insisi, Rara bisa menyusu dengan lancar dan bisa latch on. Leganya luar biasa.

Walau sudah lancar menyusu, tetapi sepertinya Rara bukan tipe yang kuat minum banyak sekali waktu, gampang tidur pula pas disusuin. Sepertinya proses belajar teknik menyusu dia juga relatif lama (baru umur 3-4 bulan mulai pintar latch on). Akibatnya pertambahan berat Rara biasa-biasa saja selama bulan pertama.

Jadi sudah biasa kami mendengar komentar "kok Rara nggak gemuk-gemuk" dari keluarga dan kerabat. Tapi kami sih tenang saja, karena kami percaya selama ASI eksklusif, walau tidak gemuk tidak akan masalah. Entahlah, mungkin target pertambahan berat badan yang kami set tidak terlalu tinggi, atau mungkin karena kami tidak mau Rara kenal sufor di bulan-bulan pertama. Beruntung, meski orang tua kami beberapa kali menyarankan menggunakan sufor, tapi mereka masih menghargai keputusan kami untuk memberikan ASI eksklusif.
Rara dan Eyang Buyut.
Kalau disimpulkan sih, tantangan di bulan pertama adalah membangun fondasi menyusui agar berhasil ASI eksklusif 6 bulan, dan bagaimana ayah ibu belajar merawat bayi dari umur 1 hari. Padahal kebanyakan dari orang tua berangkat dari pengetahuan nol tentang kedua topik tadi, jadi rasanya semacam jet lag.

Pelajaran berharga:
1. Sebelum melahirkan, sangat disarankan ketemu konselor laktasi untuk tahu informasi yang benar tentang menyusui sedini mungkin. Soalnya banyak beredar informasi yang tidak benar (tapi terdengar masuk akal, kadang) di lingkungan sekitar kita.
2. Masa kritis menyusu ada di seminggu pertama. Jika merasa tidak nyaman menyusu di hari-hari pertama, misalnya merasa sakit dan lecet, jangan segan konsultasi ke konselor laktasi.
3. Kalau sudah bicara komitmen ASI eksklusif, ayah ibu harus kompak. Bahkan harus saling membela di hadapan orang tua masing-masing. Syukur-syukur bisa mengkampanyekan ASI ke orang tua, saudara, bahkan tetangga sekitar jauh lebih bagus lagi.
4. Jangan khawatir tidak bisa merawat bayi anda saat bulan pertama. Semua orang tua berangkat dari pengetahuan 'nol' tentang merawat bayi. Tapi yang jelas anda harus mau belajar dan berani hands-on.
5. Sempetin buka website www.babycenter.com atau www.askdrsears.com kalau pengen nyari referensi tentang hal-hal yang perlu anda ketahui tentang newborn baby. Dari pengalaman, banyak info penting dan menarik yang saya temukan disini.


P.S. Saya akan ceritakan tentang pengalaman SPD (Symphysis Pubis Dysfunction) dan Tongue Tied di cerita selanjutnya.

February 14, 2014

Pertemuan Pertama dengan Princess Aurora

Malam itu, menjelang waktu isya’ tepatnya, istri saya mulai merasakan mules yang makin kuat, intervalnya pun makin cepat. Seketika kami merasa saat yang ditunggu-tunggu itu telah datang. Kami pun segera menuju RSIA KMC.

Enam belas jam sebelumnya, masih hari kamis sekitar jam 3 pagi, istri saya sebenarnya sudah flek disertai sedikit mules. Kami pun teringat dengan pesan dr. Shirley bahwa jika merasakan tanda-tanda kelahiran (flek, mules-mules, atau ketuban pecah), disarankan untuk cek segera ke RS. Atas dasar pesan itulah, kami kemudian bergegas menuju KMC. Sesampainya di sana istri saya diobservasi namun ternyata pembukaan belum genap skala 1. Dokter menyarankan untuk pulang saja dan perbanyak jalan-jalan ringan keliling rumah biar makin cepat proses pembukaan mulut rahim. Siang hari, istri saya minta diajak ke mall biar cepat nambah bukaannya, dan ternyata langsung terasa efeknya, sore hari mules yang luar biasa mulai menyerang.

Bagi yang belum familiar dengan istilah pembukaan jalan lahir, ini adalah istilah yang digunakan untuk mengukur kesiapan mulut rahim untuk dilalui bayi. Saat proses kelahiran dimulai, kepala bayi akan mendorong mulut rahim untuk terbuka. Skala yang dipakai untuk menunjukkan tingkat pembukaan adalah skala 1 sampai 10, dimana skala 10 berarti mulut rahim telah siap dilewati bayi.

Kali kedua hari itu datang ke KMC, menjelang isya', ternyata pembukaan udah nambah 1, intervalnya pun makin sering (5-15 menit). Inilah waktu yang ditunggu-tunggu. Kami pun bersiap-siap menghabiskan malam sambil menunggu pembukaan penuh di ruang observasi, sebuah ruangan kecil berisi 3 ranjang yang kebetulan kosong pada waktu itu.

Sepuluh jam kemudian -- tentunya sepanjang malam istri saya tidur dengan terbangun tiap 5-15 menit sekali dan tiap dia bangun dia selalu meremas dan mencubit tangan saya untuk mengalihkan rasa sakit dan mulesnya hingga saya pun ikut bangun tiap 15 menit -- jam 5 pagi, adalah saatnya bidan cek pembukaan, dan ternyata sudah mulai pembukaan 7. Masih 3 skala pembukaan lagi. Rasanya malam itu menjadi malam terpanjang dalam hidup saya. 

Jam menunjukkan pukul 7, bidan kembali cek pembukaan dan ternyata tidak banyak berubah dari pukul 5 tadi. Akhirnya dokter pun memberikan induksi untuk membantu mempercepat proses pembukaan jalur lahir. Setelah diberi induksi, mules makin tidak tertahan dan interval makin sering. Kami berdua pun segera pindah ke kamar bersalin. Tiap kali mules menyerang istri saya, saya hanya bisa mengalihkan perhatian dia ke rasa sakitnya dengan cara mengingatkan mengatur nafas (dan menyodorkan tangan saya untuk diremas dan dicubit maksimal, tentunya). Entah itu berguna buat dia atau tidak, tapi sepertinya karena diingatkan untuk terus mengatur nafas, istri saya jadi lupa teriak-teriak karena kesakitan.

Istri saya memang hebat. Saya juga takjub melihat dia semalaman sampai menjelang melahirkan tidak teriak kesakitan dan justru mampu mengatur nafas dengan benar, sesuai yang diajarkan saat senam hamil. Bidan pun sampai memuji, "Wah, Mama Indah hebat sekali ya, semalaman sakit ngga teriak sekali pun. Padahal kebanyakan pada teriak-teriak apalagi setelah bukaannya besar."

Singkat cerita, dengan pertolongan Allah SWT, alhamdulillah hari Jumat jam 8.37 pagi anak pertama kami lahir dengan berat 3.05 kg, panjang 48 cm, dengan kondisi fisik yang sempurna. Saya melihat dengan mata kepala sendiri proses kelahiran anak saya. Dari mulai kepala pelan-pelan terlihat di jalur lahir, sampai pada saat kepala anak saya muncul menghadap ke bawah kemudian diputer sedikit dan ditarik pelan-pelan sampai seluruh badan 'mbrojol'. Setelah itu dilanjutkan memotong tali pusat, dan menarik placenta pelan-pelan sampai keluar dari rahim seluruhnya. Ya, saya masih ingat detil kejadian yang terjadi pada saat itu. Entah apa yang membuat saya berani dan tahan memperhatikan dengan seksama tiap detil proses kelahiran itu.

Or maybe, i just wanted to make sure my baby was being handled properly, with care and love...

Setelah cairan di jalur pernafasan disedot, dan bayi saya mulai bersuara, seketika itu IMD (inisiasi menyusui dini) dilakukan. Sungguh lega rasanya setelah melewati semua tahapan ini. Saya dan istri saya cuma bisa senyum sambil menitikkan air mata saat melihat bayi kami bergerak-gerak sambil menjilat-jilat dada ibunya mencari puting susu. Melihat bayi saya saat IMD, akhirnya saya paham bahwa ternyata inti dari IMD ini adalah membangun bonding antara ayah, ibu, dan si bayi. Sungguh pada saat momen ini rasanya dunia ini milik kami bertiga saja. Sejujurnya, gak bisa dijelasin dengan kata-kata sih, nanti kalau sudah merasakan sendiri baru tau deh rasanya.
Hari itu, 10 Mei 2013, telah lahir di dunia ini, seorang putri cantik yang mulia yang memberikan cahaya dan kedamaian bagi sekitarnya, Aurora Nayraputri Kusumo.

Pelajaran berharga :
1. Pas hamil, kalau ada rezeki, beli deh DVD Discovery yang judulnya "Birth" (ada di Gramed atau Disc Tarra). Coba deh tonton, ada penjelasan ilmiah dan ilustrasi dari proses pembentukan janin sampai bayi lahir.
2. Senam hamil itu penting, jadi luangkan lah waktu untuk mengikuti sesi ini, walau cuma 1 kali.
3. Ketenangan emosi akan membantu kita menjalani proses kelahiran yang melelahkan. Panic doesn’t help, seriously!
4. Kalau sempet sih jauh hari sebelum hari H, handphone-nya diisi music yang menenangkan, atau yang disukai oleh si calon ibu. Ini akan membantu menyenangkan hati si calon ibu saat mules-mules.
5. Menurut saya sih, suami (bukan orang tua, saudara, maupun sahabat) wajib ada menemani istri selama proses melahirkan. No excuse! Unless it’s mother nature.